Jumat, 10 Desember 2010

GENERAL DYNAMICS F-16 FIGHTING FALCON

Tipe Pesawat tempur
Produsen General Dynamics
Lockheed Martin
Terbang perdana 2 Februari 1974
Diperkenalkan 17 Agustus 1978
Status Aktif
Pengguna Amerika Serikat
24 negara lainnya
Jumlah produksi Lebih dari 4.000


Spesifikasi (F-16C Blok 30) Orthographically projected diagram of the F-16.  
Karakteristik umum  
Kru: 1  
Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)  
Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)  
Tinggi: 16 ft (4.8 m)  
Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)  
Airfoil: NACA 64A204 root and tip  
Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)  
Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)  
Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)  
Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan  
Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)  
Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)  
Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan  
Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)  
Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)  

Performa  
Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)  
Batas tertinggi servis: >55,000 ft (15,000 m)  
Laju panjat: 50,000 ft/min (260 m/s) Beban sayap: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)  
Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095  

Persenjataan  
Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds  
Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7  
Rudal:  
Air-to-air missiles: 6× AIM-9 Sidewinder or 6× AIM-120 AMRAAM or 6× Python-4  
Air-to-ground missiles: 6× AGM-65 Maverick or 4× AGM-88 HARM
Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin  
Bom: 2× CBU-87 cluster 2× CBU-89 gator mine 2× CBU-97 4× GBU-10 Paveway 6× GBU-12 Paveway II 6× Paveway-series laser-guided bombs 4× JDAM 4× Mk 80 series B61 nuclear bomb  
Lainya: SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.  

Avionik AN/APG-68 radar

AGM-65 Maverick
Air-to-ground missile

AGM-84 Harpoon
Anti-ship missile

AIM-120 AMRAAM
Advanced Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-7 Sparrow
Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-9 Sidewinder
Short Range Air-to-Air Missile

AN/AAQ-13 & AN/AAQ-14 LANTIRN
Navigation & Targeting Pod

GBU-31 and GBU-38 JDAM
Joint Direct Attack Munition

M61 A1 Vulcan
20mm gatling gun system

    Other Armament
    US Tri-Service Designation System Electronic Equipment
    US Tri-Service Designation System Guided Missiles


F-16 Versions
Production Blocks and Experimental Versions



F-16 LWF
Light Weight Fighter

YF-16
The Birth of a Fighter

F-16A/B
Block 1/5/10/15/15OCU/20





F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.

Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.

Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.

Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.

Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.

Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.

Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.

F-16C/D
block 25

F-16C/D
Block 30/32

F-16C/D
Block 40/42

F-16C/D
Block 50/52

F-16E/F
block 60

F-16 MLU
Mid-Life Update

F-16 ADF
Air Defense Fighter

(T)F-16N
F-16 for the US Navy

RF-16/F-16(R)
Recce Versions

A-16, F/A-16, F-16A (30mm gun)
F-16s for the CAS/BAI missions

F-16/101
Derivative Fighter Engine

F-16/79
FX Export Fighter

F-16/CCV
Control Configured Vehicle

F-16 XL
Cranked-Arrow Wing

F-16 AFTI
Advanced Fighter Technology Integration

F-16 VISTA / MATV / NF-16D
Variable-stability In-flight Simulator Test Aircraft, Multi Axis Thrust Vectoring

F-16 GCAS
Ground Collision Avoidance System

F-16 LOAN
Low Observable Asymmetric Nozzle

F-16 ES
Enhanced Strategic

F-16 SFW
Swept Forward Wing

F-16X
The Tailless Fighter

F-16 FSX/F-2
F-16 Inspired Japanese Fighter

F-16 - Various
Agile Falcon/production extension

US Tri-Service Aircraft Designations
DoD Mission, Design, and Series System (MDS)

F-16 Block 15
F-16 Block 30
F-16 Block 40
 
Lockheed Martin F-16 Block 50/52


Lockheed Martin F-16 E/F Block 60 Desert Falcon

Senin, 01 November 2010

PELAJARAN DAN BUKTI DARI KEHEBATAN KAPAL SELAM U 209/1300 MILIK TNI AL DI LAUT MEDITERANIA

PELAJARAN DAN BUKTI DARI KEHEBATAN KAPAL SELAM U 209/1300 MILIK TNI AL DI LAUT MEDITERANIA

Sampai periode awal tahun 90-an, TNI-AL masih cukup membanggakan bila dilihat dari arsenal tempurnya, salah satu indikatornya hingga masa itu hanya Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam. Dominasi armada kapal selam Indonesia di kawasan Asia Tenggara telah dimulai sejak era tahun 60-an, dimana saat itu TNI-AL mengoperasikan 12 unit kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia.
Tapi lain dulu lain sekarang, dominasi Indonesia dalam armada kapal selam telah tumbang, pasalnya Singapura dan Malaysia kini sudah mempunyai armada kapal selam dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki TNI-AL. Singapura negeri super kecil ini justru telah punya 4 unit kapal selam kelas Sjoormen buatan Swedia, sedang Malaysia kini juga memiliki 2 unit kapal selam kelas Scorpene buatan Prancis.
Meski tak lagi jadi ”pemain” yang dominan di kawasan Asia Tenggara, kekuatan armada kapal selam TNI-AL masih cukup disegani, walau hanya memiliki 2 unit kapal selam saja. Tumpuan TNI-AL yakni kapal selam dari type 209/1300 yang dibuat oleh galangan kapal Howaldtswerke di Kiel, kawasan Jerman Barat. Type 209 TNI-AL mulai dipesan Indonesia pada tahun 1977, dan baru pada tahun 1981 mulai bertugas memperkuat armada TNI-AL dengan panggalannya di Lanal Dermaga Ujung, Surabaya.
Kedua kapal diberi nama KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402). Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Sebelumnya di era tahun 60an, TNI-AL juga menggunakan kode yang sama untuk identifikasi 12 unit kapal selamnya. Untuk kemudahan identifikasi, kedua kapal disebut sebagai kapal selam kelas Cakra.
Kapal selam type 209 terbilang cukup laris di pasar internasional, salah satu prestasi kapal jenis ini mampu mengusik gugus tempur angkatan laut Inggris saat perang Malvinas di Atlantik Selatan. Setelah menembakan torpedo yang sayangnya tak meledak, type 209 Argentina berhasil lolos dari upaya sergapan setelah 60 hari kucing-kucingan, dan bisa kembali ke pangkalan dengan selamat.
KRI Cakra digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed yang disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal, baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga baterai diisi oleh generator yang diputar 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged.
Saat menyelam kapal selam menggunakan tenaga listrik, hal ini membuat pengoperasinnya bebas bising, senyap sehingga tak mudah terdeteksi sonar dari kapal musuh. Saat kapal berada di permukaan baru diaktifkan mesin disel, sekaligus tahap untuk proses re charging baterai.
Persenjataan KRI Cakra terdiri dari 14 buat torpedo SUT (surface and underwater torpedo) 21 inchi buatan AEG dalam delapan tabung. Torpedo jenis ini dapat dikendalikan secara remote. KRI Cakra dan Nanggla juga kerap digunakan untuk menunjang misi intelijen dan observasi. Dalam beberapa kesempatan, kapal selam ini juga digunakan sebagai wahana transportasi bagi pasukan katak. Seorang pasukan katak dapat dilontarkan dari lubang tabung torpedo, sangat pas untuk misi infiltrasi.
Keberadaan kapal selam tak bisa dilepaskan dari fungsi periskop, KRI Cakra mengandalkan periskop dengan lensa buatan carl zeiss. Sedang untuk snorkel dibuat oleh Maschinenbau Gabler, keduanya merupakan pabrikan asal Jerman. Secara teknis KRI Cakra memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut. Mampu menyelam hingga kedalam 500 meter. Sonar yang digunakan adalah jenis CSU-3-2 suite.
Karena hanya memiliki 2 unit kapal selam, pengoperasiannya dilakukan secara bergantian.
Spesifikasi Teknis Kapal Selam Type 209
1100 1200 1300 1400 1500
Displacement (submerged) 1,207 t 1,285 t 1,390 t 1,586 t 1,810 t
Dimensions 54.1×6.2×5.9 m 55.9×6.3×5.5 m 59.5×6.2×5.5 m 61.2×6.25×5.5 m 64.4×6.5×6.2 m
Propulsion Diesel-electric, 4 diesels, 1 shaft
5000 shp 6,100 shp (4,500 kW)
Speed (surface) 11 knots (20 km/h) 11.5 knots
Speed (submerged) 21.5 knots 22 knots 22.5 knots
Range (surface) 11,000 nmi (20,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (snorkel) 8,000 nmi (15,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (submerged) 400 nmi (700 km) at 4 knots (7 km/h)
Endurance 50 days
Maximum depth 500 m
Armament 8x 553 mm torpedo tubes
* 14 torpedoes
* Optional UGM-84 Harpoon integration


 


Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut. Dan ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda dari menyelam ke moda muncul di permukaan. Dan pada saat muncul di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.



Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.
Selain kisah di atas masih ada lagi kisah kehebatan U 209 kita di tahun 1986.
 

OPERASI "CAKRA SEHAT" (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
rute-rutenya adalah:
Surabaya - Jakarta
Jakarta - Colombo (Srilangka)
Colombo - Jibouti (di Afrika)
Jibouti - Port Suez - Port Said (Mesir)
Port Said - Cadiz (Spanyol)
Cadiz - Hamburg - Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya mengandalkan periskop serang saja. Tapi KS KRI Cakra 401 membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya - Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta - Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan Colombo - Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu Baterai mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk Bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti - Port Suez - Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port Said - Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi Baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar "ping" (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari Portugal mendekat "what ship...?" tanya mereka, dijawab dengan kode internasional "This is PKOB the Indonesian Man of War", "Destination Cadiz Spain". Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz - Hamburg - Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini satu-satunya sholat ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil, singkat kata KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW...komentar orang HDW "kok kapal masih "bagus" begini sudah dibawa kemari?" sambil geleng-geleng kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK "Katanya setelah 5 tahun harus overhaul" .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan kapal tunda.....TABAH SAMPAI AKHIR.
 

 Sekitar ruang kontrol yang sudah refurbished dan semi digital macam diatas. 
Utk detail2 yg vital (utamanya.. sensor tempur, intai, komunikasi dsb) tentulah bukan utk konsumsi publik.

Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401 kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)...dalam pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data ttg KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75m dibawah permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra, bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tsb dan dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian kapal menyelam dengan membawa "souvenir" dari AL Perancis ke Indonesia. Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Semua cerita sumbernya dari: 50 tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009

Kontrak perbaikan KRI Cakra ini disepakati pada tahun 2004 senilai 60 juta dolar US dan dikerjakan selama 22 bulan. Overhaul itu meliputi perbaikan bangunan kapal, peralatan navigasi, peralatan komunikasi, sistem kendali senjata, disel generator, tangki-tangki, dan peralatan sensor(radar dan sonar), serta penggantian sejumlah komponen radar dan sonar dengan peralatan baru.


DSME memenuhi jadwal yang ditentukan. Perbaikan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2004, pada awal bulan Februari 2006 seluruh pekerjaan telah diselesaikan, dan diuji coba pada tanggal 13 Februari 2006. Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto, perbaikan itu mengembalikan performa KRI Cakra 80 % dari kemampuan tertingginya.
Bila saat pemberangkatannya menuju Korea Selatan, kapal selam ini digendong dengan kapal tunda raksasa, maka saat berlayar kembali ke tanah air, 60 personel TNI AL dibawah pimpinan komandan KRI Letkol Laut (P) Iwan Isnarto melayarkannya dari Korea Selatan ke Indonesia dengan menempuh jarak 2812 mil laut dalam waktu 16 hari. Pelayaran ini sekaligus digunakan untuk menguji semua kemampuannya terutama sejumlah sistem yang menjadi fokus perbaikan di DSME tersebut.


KRI Cakra tiba di pangkalannya dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 21 April 2006. Upacara penyambutannya pun langsung dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Hal ini menyuratkan betapa pentingnya kapal selam tersebut bagi armada tempur TNI AL saat ini. Kapal selam yang memakai nama senjata sakti tokoh pewayangan Sri Kresna ini kini telah kembali bertugas bersama saudara kembarnya yang menyandang namasenjata sakti Baladewa itu. Bergabungnya kembali kapal selam tersebut paling tidak cukup melegakan mengingat kompleksnya ancaman keamanan laut di Indonesia. 

 

Dan terkait dengan pengadaan kapal selam baru untuk TNI AL hendaknya para pengambil kebijaksanaan di negara kita memperhitungkan dengan seksama dan jangan tergesa-gesa dalam memilih produsen kapal selamnya, dan untuk masalah produsen kapal selam yang selama ini telah terbukti keunggulannya cuma ada 2 yaitu Jerman barat dengan type U classnya dan Russia dengan Kilo atau Ladanya. Dan untuk masalah pengadaan kapal selam ini pula tidak terlepas dari masalah politis, maka harus dipertimbangkan pula yang mempunyai resiko politis yang paling kecil bagi negara kita Indonesia karena resiko politis kadang tidak selalu berupa materi dan mahal bayarannya. Bisa saja bayarannya berupa intervensi politik dari negara yang tidak senang dengan Indonesia mengakuisisi kapal selam dari negeri tertentu.
Semoga saja informasi ini bermanfaat bagi kita semuanya.

Sumber :

http://damnthetorpedo.blogspot.com/2010/10/bukti-di-laut-mediterania.html
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8883938&page=5

Senin, 25 Oktober 2010

KAMOV HELIKOPTER

Kamov designs

KaSkr-I Gyrocraft
25 September 1929: The first Soviet autogyro, designed by Kamov and Skrzhinskii. Based on Cierva models. Please review and edit information on this topic and it's sub-topics by an expert or better informed person.
Kamov A-7 1934
An autogyro primarily used for observation duties.

Ka-8 Irkutyanin 1947
single seat helicopter
Ka-9

Ka-10 Hat 1950
single-seat observation helicopter
Ka-11
small single-seat helicopter
Ka-12
multi-purpose nine-seat helicopter
Ka-14
light multipurpose helicopter
Ka-15 Hen 1952
two-seat utility helicopter
Ka-18 Hog 1955
A Ka-15 with a large fuselage and a 280 hp Ivchenko AI-14VF engine. Could carry 4 passengers. 200 units built (approximately)
Ka-20 Harp 1958
twin-engine antisubmarine helicopter prototype


Ka-22 Vintokryl 1959
experimental rotor-winged transport aircraft

Ka-25 Hormone 1961
naval helicopter


Ka-26 Hoodlum 1965
light utility helicopter

Ka-27 Helix 1974
anti-submarine helicopter

Ka-28
export version of Ka-27

Ka-29 Helix B

Ka-31
airborne early warning helicopter (ASW & C)
Ka-27 IOC: 1981
Ka-29 IOC: 1985 Also Known As : Helix Helix B
Ka-29RLD

Ka-29TB
Ka-31

Origin
Russia
Contractor/s
Kamov Kumertau Aviation
Production Enterprise
Applications
Project 11661
Vikramaditya Vikrant
Family Members
Ka-27
Guided Missiles:
9M114
Power plant:
TV3-117 (2)
Ka-32 1974
anti-submarine helicopter
Ka-34
heavy rotary-wing aircraft

Ka-35
heavy jet-powered rotary-wing aircraft. It contains two four-blade rotors side-by-side on wings with turbojet engines for in-flight acceleration. Little is known of this aircraft, but photos of a model exist in several places.

Ka-37 1993
An unmanned coaxial helicopter developed with Daewoo of South Korea initially designed for agricultural tasks. Performances are a max weight of 250 kg ( 50 payload ), speed of 110 km/h, and a flight duration about 45 minutes.
Ka-40 1990s?
anti-submarine helicopter (Replacement for the Ka-27. In development)

Ka-50 "Hokum/Black Shark" 1982
single-seat attack helicopter

Ka-50 2 "Endorgan"

Ka-52 "Alligator" 1997
two seat attack helicopter and widely used model


Ka-58
Ka-118 1980s-1990s
A NOTAR development - light multirole helicopter
Ka-126 Hoodlum-B 1980s
light utility helicopter
Ka-128
light utility helicopter

Ka-60 Kasatka 1990s
Transport/utility helicopter
Ka-62 1990s
civilian transport and utility helicopter

 

Ka-64 Sky Horse 1990s
naval transport and utility helicopter

Ka-90
High-speed helicopter project.
Ka-92
passenger helicopter


Ka-137 1990s
Unmanned drone/unmanned multipurpose helicopter
Ka-115 Moskvichka 1990s
light multi-purpose helicopter

 
 
Ka-226 "Sergei" 1990s
small, twin-engined utility helicopter
 Drawing of an earlier model of the Kamov V-50


 Drawing of the Kamov V-50 model
V-50 1960s
A high-speed assault helicopter project with tandem rotors, with a projected speed of 400km/h. The project was abandoned in the late 1960s and two different models exist. Cancelled.
V-60 1980s
A light scout and escort helicopter
V-80 1970s
A series of design studies for an attack helicopter (culminating in the Ka-50)

V-100
A heavy attack helicopter project with a pusher: propeller to exceed the speed of 400 km/h. Not built.

Sumber : http://www.deagel.com/